Kab. Mojokerto

0
9635

 

I.          PENDAHULUAN

Dalam upaya pembangunan pertanian pada sistim ketahanan pangan ataupun pengembangan agribisnis di bidang hortikultura di era globalisasi ini, dimana dari tahun ke tahun tuntutan akan produk pertanian mengalami perbaikan yang mengarah pada perbaikan produk dalam hal ini mutu hasil yang diserap oleh konsumen.

 Khususnya komoditan hortikultura dalam hal ini buah- buahan, sayuaran, tanaman hias dan tanaman obat, sangatlah dibutuhkan oleh masyarakat yang sudah kembali ke alam (back nature), dimana hasil – hasil dari produk hortikultura, baik segar maupun olahan sangatlah menjanjikan untuk diusahakan oleh tingkatan produsen guna memperoleh nilai tambah yang cukup tinggi bagi para pelakunya. Bahkan saat ini produk – produk hortikultura belum banyak yang digali dari sisi manfaatnya untuk kesehatan.

 Sehingga dalam upaya Pembangunan pertanian pada komoditas hortikultura sebagaiman tersebut di atas saat ini selain diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri juga untuk tujuan ekspor, dimana komoditas hortikultura tersebut mempunyai peluang pasar yang baik, karena konsumsi untuk komoditas hortikultura saat ini cenderung mengalami kenaikan sejalan dengan membaiknya tingkat perekonomian, meningkatnya tingkat kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan pentingnya makanan berserat bagi kesehatan saat ini, baik di tingkat regional, nasional maupun internasional, komoditas hasil hortikultura mengalami tren peningkatan akan permintaannya. Dimana saat ini konsumen lebih menuntut pada kualitas, konsumen juga menghendaki perbaikan kualitas yang meliputi variasi rasa, aroma, warna, bentuk maupun besarnya buah seperti pada buah impor.

 Agar komoditas dari tanaman hortikultura lokal dapat bersaing dengan produk impor atau setidaknya dapat menjadi tuan rumah di dalam negeri sendiri, maka perlu suatu trobosan pengembangan varietas unggul dan calon varietas unggul baru. Dimana penanamam baru disamping masih memerlukan lahan dan modal, hasil produksinya masih harus menunggu waktu yang cukup lama. Hal ini merupaka pertimbangan yang khusus untuk pengembangan tanaman dari komoditas hortikultura, salah satu produk unggulan yang pernah ada di Kabupaten Mojokerto adalah Tanaman Jeruk modongan, Rimpang Jahe dan Tanaman Bunga Anggrek.

 Sekalipun ke tiga komoditas tersebut di atas perlu adanya pengembangan dalam mendukung pembangunan di bidang pertanian yang ada di Kabupaten Mojokerto, maka dalam pengembangannya juga perlu adanya bantuan modal pada tingkat petani.

II.     Potensi Wilayah

 Luas wilayah Kabupaten Mojokerto berdasarkan Peraturan Pemerintah nomor 47 tahun 1982 adalah 826,60 km2 yang secara geografis terletak diantara 7o18’35” sampai dengan 7o47’30” lintang selatan dan antara 112o20’13” sampai dengan 112o40’57” bujur timur. Kabupaten Mojokerto mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

Utara           :    Kabupaten Lamongan dan Gresik

Timur           :    Kabupaten Sidoarjo dan Gresik

Barat           :    Kabupaten Jombang dan Malang

Selatan         :    Kabupaten Malang dan Pasuruan

Secara administratif Kabupaten Mojokerto terbagi menjadi 18 Kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 299 desa dan 5 kelurahan.

Berdasarkan kondisi fisik dan sumber daya alam, Kabupaten Mojokerto cukup memiliki potensi untuk pengembangan pertanian tanaman pangan dimana wilayahnya terbagi menjadi 3 (tiga) strata :

Strata A             :   (dataran tinggi, iklim basah) adalah daerah Kabupaten Mojokerto bagian selatan.

Strata C             :   (dataran rendah, tanah sawah, iklim basah) adalah daerah bagian tengah Kabupaten Mojokerto.

Strata E             :   (dataran rendah, tanah sawah, iklim kering) adalah daerah bagian utara Kabupaten Mojokerto atau di sebelah utara sungai brantas.

Berdasarkan Metode Oldeman maka tipe iklim di wilayah Kabupaten Mojokerto mempunyai tipe C sampai D, sedang berdasarkan Metode Schmidt dan Ferguson mempunyai tipe iklim C3 sampai D4. Berdasarkan kedua tipe iklim tersebut, maka wilayah Kabupaten Mojokerto dibagi tiga karakter iklim yaitu :

          1.Daerah iklim kering dengan tipe D/D3 dan E/D4 didapat di Kecamatan Pungging, Kutorejo, Mojosari, Bangsal, Dlanggu, Puri, Trowulan dan Sooko serta sebagian kecil wilayah Jatirejo;

          2.Daerah yang beriklim cukup basah dengan tipe C/C3 didapatkan di Kecamatan Pacet, Trawas dan sebagian Ngoro. Wilayah Kecamatan

          3.Sisanya umumnya beriklim agak kering dengan tipe D/C3.


Tabel 1. Luas Wilayah Berdasarkan Topografi

No

Kecamatan

LUAS WILAYAH BERDASARKAN TOPOGRAFI (Ha)

Datar Berombak                                               (0 – 2%)

Berombak s/d     Bergelombang      (2 – 15%)

Bergelombang s/d Berbukit                   (15 – 40%)

Bergunung        ( > 40%)

01

Jatirejo

         2.000

           1.782

             1.440

     5.540

02

Gondang

             613

           2.109

             1.458

     5.682

03

Pacet

                 –

           2.808

             2.444

     5.552

04

Trawas

                 –

           1.478

             1.785

     2.537

05

Ngoro

         2.722

           2.484

             1.005

       833

06

Pungging

         2.562

           1.938

                     –

           –

07

Kutorejo

         1.738

           2.612

                     –

           –

08

Mojosari

         2.885

                   –

                     –

           –

09

Bangsal

         3.512

                   –

                     –

           –

10

Mojoanyar

                 –

                   –

                     –

           –

11

Dlanggu

         2.600

               982

                     –

           –

12

Puri

         4.874

                   –

                     –

           –

13

Trowulan

         4.348

               180

                   65

           –

14

Sooko

         1.930

                   –

                     –

           –

15

Gedeg

         2.618

                   –

                     –

           –

16

Kemlagi

         4.155

                 48

                   32

           –

17

Jetis

         4.248

           1.037

                   20

           –

18

Dawarblandong

         5.415

           4.260

                 225

       380

Jumlah

     46.220

         21.718

             8.474

   20.524

            a.Tanah Sawah

Meliputi : Irigasi teknis, Irigasi setengan teknis, Irigasi sederhana, Irigasi desa/non PU, Irigasi tadah hujan

            b.Tanah Kering

Meliputi : Pekarangan, Tegal/kebun, Kolam/tebat/empang, Hutan rakyat, Hutan Negara, Perkebunan

Tabel 2. Potensi Hortikultura Tahun 2012

 

No

Komoditi

Produksi

A

BUAH-BUAHAN

(ton)

1

Pisang

0,29

2

Mangga

0,91

3

Pepaya

5.220

4

Jeruk

58

5

Jambu

5.496

6

Alpukat

4.940

7

Sawo

4.072

8

Nenas

31

9

Durian

0,65

10

Manggis

0,91

B

SAYURAN

 

1

Bawang Merah

146,60

2

Cabai Besar

45,21

3

Cabai Rawit

23,34



      Sumber : Badan Pusat Statistika ( data Atap 2012)

 III.       Permasalahan dan Upaya Pemecahan Masalah

 Permasalahan

 Permasalahan yang dihadapi di lapangan saat ini dalam upaya pengembangan komoditas hortikultura di tingkat petani adalah :

          1.Masih rendahnya mutu produksi dan produktivitas komoditas hortikultura yang dihasilkan oleh petani

          2.Kurangnya permodalan petani dalam mengembangkan komoditas hortikultura

          3.Belum optimalmya pengelolaan menejemen kelompok tani

          4.Banyaknya komoditas Hortikultura yang sudah tidak produktif

          5.Kurangnya penanganan teknologi pada pasca panen untuk komoditas hortikultura

 Upaya pemecahan Masalah

   1.  Perlu adanya peningkatan mutu produksi dan produktifitas komoditas hortikultura melalui kegiatan budidaya

   2.  Perlu adanya dukungan dana di tingkat petani dalam upaya pengembangan komoditas hortikultura

   3.  Perlu adanya pelatihan pengelolaan menejemen kelompok tani serta pelatihan pasca panen pada komoditas hortikultura.

   4.  Perlu adanya peremajaan komoditas hortikultura.